Suwit Creative – Kekeringan menjadi ancaman serius bagi banyak daerah di seluruh dunia karena dapat menimbulkan kerugian ekonomi, krisis pangan, dan ketidakstabilan sosial. Di tengah perubahan iklim global yang semakin merajalela, bukan hal yang tak mungkin kalau tiba-tiba saja akan terjadi kekeringan dalam waktu dekat. Maka, kebutuhan akan solusi inovatif pun semakin mendesak. Salah satu pendekatan yang menjanjikan untuk mengatasi kekeringan adalah dengan memanfaatkan teknologi modifikasi cuaca seperti hujan buatan.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi terjadinya kekeringan ekstrim di Indonesia, Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) bekerjasama dengan pihak lain seperti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), lalu Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan juga TNI AU untuk melaksanakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di 43 bendungan di Pulau Jawa. Lantas bagaimana hasilnya? Melansir dari Tempo, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Bob Arthur Lombogia mengatakan bahwa volume inflow air bertambah sebesar 63.853.170 meter kubik setelah dilakukannya TMC.
Mengenal Teknologi Modifikasi Cuaca
Teknologi modifikasi cuaca telah mengalami perkembangan signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Metode yang paling umum adalah cloud seeding (penyemaian awan). Cloud seeding bertujuan untuk mempengaruhi kondisi atmosfer pada daerah tertentu tertentu sehingga dapat meningkatkan peluang turunnya hujan.
Untuk melaksanakan TMC jenis ini diperlukan bahan zat kimia yang bersifat higroskopis (bahan yang mudah menyerap atau melepaskan uap). Bahan yang umum digunakan untuk metode ini adalah NaCL berbentuk super fine powder yang nantinya akan dilepaskan dari pesawat ke awan yang menjadi target. Selain menggunakan pesawat, penyemaian dapat dilakukan juga dari darat dengan menggunakan Ground Based Generator (GBG) atau bisa juga menggunakan roket seperti yang dilakukan oleh beberapa negara.
Potensi Teknologi Modifikasi Cuaca
Meskipun dapat meningkatkan curah hujan, tak sedikit pihak-pihak yang mengkhawatirkan dampak lingkungan jangka panjang akibat metode TMC ini. Seperti perubahan iklim mikro atau gangguan terhadap ekosistem lokal. Oleh karena itu, pengembangan teknologi modifikasi cuaca memerlukan pendekatan yang hati-hati dan studi komprehensif terhadap dampaknya pada lingkungan, sebelum dilakukan implementasi massal.
Namun memang tak bisa dipungkiri bahwa potensi manfaat TMC ini cukup signifikan, misalnya dalam hal meningkatkan produktivitas pertanian, mengurangi kerugian akibat bencana alam seperti kebakaran hutan atau kekeringan yang ekstrim, serta meningkatkan keberlanjutan sumber daya air. Dengan pengembangan yang tepat dan pengawasan yang ketat, modifikasi cuaca dapat menjadi solusi dalam mengelola risiko kekeringan di masa depan.
Dengan terus mengembangkan pengetahuan dan teknologi, serta mengadopsi pendekatan yang bijaksana dan berkelanjutan, kita dapat memanfaatkan potensi teknologi modifikasi cuaca secara maksimal untuk kebaikan bersama. Tujuannya utamanya adalah untuk menciptakan lingkungan yang lebih stabil, mengurangi kerentanan terhadap bencana alam, dan meningkatkan kehidupan kualitas masyarakat global secara keseluruhan.***