Suwit Creative – Mahmoud Darwish (1941–2008) adalah seorang penyair dan penulis Palestina yang dianggap sebagai salah satu tokoh terbesar dalam sastra Arab modern. Ia lahir di desa al-Birwa di Galilea, yang kini berada dalam wilayah Israel.
Pengalaman pribadi dan pengalaman rakyat Palestina sebagai pengungsi dan penderitaan yang dialami akibat konflik Israel-Palestina sangatlah mempengaruhi karya Darwish. Mahmoud Darwish tidak hanya menulis puisi; ia menyuarakan rasa sakit, harapan, dan impian seluruh bangsa. Dengan gaya puitis yang memadukan keindahan bahasa dan kedalaman emosional, Darwish menciptakan karya-karya yang tidak hanya merefleksikan penderitaan pengasingan dan konflik, tetapi juga menyuntikkan kekuatan dan semangat yang membakar jiwa.
Kehidupan Awal
Darwish lahir dalam keluarga petani dan tumbuh di dalam masa ketegangan politik dan sosial yang memuncak dengan adanya pembentukan negara Israel pada tahun 1948. Kala itu, desa kelahirannya al-Birwa hancur, dan keluarga Darwish terpaksa mengungsi ke Lebanon.
Karier Sastra
Mahmoud Darwish memulai kariernya sebagai penulis dan penyair sejak usia muda. Karya-karyanya sering kali mencerminkan tema-tema seperti kehilangan, pengasingan, identitas, dan harapan untuk kebebasan.
Beberapa karya Mahmoud Darwish:
- “A Lover from Palestine” (1966) – Sebuah karya yang menggambarkan cinta dan kerinduan terhadap tanah air yang hilang. Puisi ini mengeksplorasi tema-tema seperti pengasingan, cinta, dan identitas Palestina, serta hubungan emosional yang mendalam antara seorang individu dan tanah airnya.
- “Mural” (2000) – Kumpulan puisi ini dianggap sebagai salah satu karya terbaiknya. Dengan Menyelami tema-tema kehilangan, kerinduan, dan pengasingan, membuat puisi-puisinya mampu menyentuh hati.
- “Identity Card” (1964) – Darwish menyatakan dengan bangga mengenai identitas Arabnya dan menantang dunia untuk mengakuinya. “Write down! I am an Arab / And my identity card number is fifty thousand”, ia tuliskan penuh dengan perasaan bangga atas identitas dirinya.
Pengalaman Penjara
Pada usia 22 tahun, Darwish ditahan oleh otoritas Israel selama 18 bulan sebagai bagian dari kampanye penindasan terhadap para aktivis Palestina. Selain itu, Mahmoud Darwish juga sempat ditahan beberapa kali sepanjang hidupnya. Dari tahun 1961 hingga 1967, dia dipenjara setidaknya lima kali.
Meskipun begitu, semangatnya untuk menyuarakan tentang perjuangan, rasa sakit dan harapan rakyat palestina tak pernah padam. Ada sebuah puisi karyanya yang berjudul “Identity Card,” bagian dari kumpulan puisi “Leaves of the Olive Tree” (1964), yang menyebabkan ia dikenakan tahanan rumah. Disisi lain, puisi tersebut malah menjadi lagu perjuangan bagi protes Palestina.
Puisi “Identity Card” oleh Mahmoud Darwish
Mahmoud Darwish
Put it on record.
I am an Arab
And the number of my card is fifty thousand
I have eight children
And the ninth is due after summer.
What’s there to be angry about?
Put it on record.
I am an Arab˜
Working with comrades of toil in a quarry.
I have eight children
For them I wrest the loaf of bread,
The clothes and exercise books
From the rocks
And beg for no alms at your door,
Lower not myself at your doorstep.
What’s there to be angry about?
Put it on record.
I am an Arab.
I am a name without a title,
Patient in a country where everything
Lives in a whirlpool of anger.
My roots
Took hold before the birth of time
Before the burgeoning of the ages,
Before cypress and olive trees,
Before the proliferation of weeds.
My father is from the family of the plough
Not from highborn nobles.
And my grandfather was a peasant
Without line or genealogy.
My house is a watchman’s hut
Made of sticks and reeds.
Does my status satisfy you?
I am a name without a surname.
Put it on record.
I am an Arab.
Colour of hair: jet black.
Colour of eyes: brown.
My distinguishing features:
On my head the `iqal cords over a keffiyeh
Scratching him who touches it.
My address:
I’m from a village, remote, forgotten,
Its streets without name
And all its men in the fields and quarry.
What’s there to be angry about?
Put it on record.
I am an Arab.
You stole my forefathers’ vineyards
And land I used to till,
I and all my children,
And you left us and all my grandchildren
Nothing but these rocks.
Will your government be taking them too
As is being said?
So!
Put it on record at the top of page one:
I don’t hate people,
I trespass on no one’s property.
And yet, if I were to become hungry
I shall eat the flesh of my usurper.
Beware, beware of my hunger
And of my anger!
Selain puisi ini, alangkah baiknya kamu juga membaca karya-karya mempesona Mahmoud Darwish lainnya untuk mengenal sosok beliau lebih jauh lagi. Semoga artikel ini bermanfaat, ya!***
Baca Juga: 5 Penulis Terkenal Abad ke-19 dengan Karyanya yang Menginspirasi. Pernah Baca Karya Mereka? – SuwitCreative (redaksiku.com)
Follow IG : Suwit Creative (@suwitcreative) ● Instagram Photos and Videos